Entah sudah berapa puluh kali di tahun ini saya harus menghela nafas panjang. Padahal baru satu bulan setengah berjalan dari tahun 2020. Di tengah ketidakteraturan hidup yang harus menyesuaikan diri terhadap lebih banyak hal. Membagi waktu yang kadang saya sendiri merasa sangat kelelahan. Kadang MERASA lelah ketika lingkungan sekitar sangat tidak supportif dan hanya memojokkan diri.
Kenapa masih sendiri di usia lebih dari duapuluh lima
Di usia yang telah lebih dari seperempat abad, rentetan pertanyaan tentang kapan menikah semakin berdatangan. Kadang membuat lelah, memilih melipir alus atau bahkan mudur alon-alon menjauhi sumber pertanyaan. Terlebih akhir-akhir ini yang semakin santer terdengar di telinga, yang seolah memojokkan dengan standar "usia menikah" di mata mereka.
Apalagi ketika ada kerabat, atau tetangga yang bahkan umurnya sepuluh tahun dibawah saya telah menemukan tambatan hatinya. Rasanya semakin berat jika saya harus berada di dekat mereka karena sudah dipastikan akan jadi bahan gunjingan. Atau mereka dengan keponya mengikuti berbagai akun media sosial hanya untuk mencari tahu perihal hubungan asmara saya.
Semakin ke sini, saya sadar pertanyaan "kapan"-yang bagi sebagian orang hanya bercana- ternyata bisa membawa beban bagi si penerima pertanyaan.
"halah, gitu aja kok dipikir" ucap yang lainnya
Bukan berkaitan dengan kapan menikah, tapi juga kapan-kapan yang lain: kapan lulus kuliah, kapan kerja, kapan nikah, kapan punya anak, kapan nambah momongan.
Semakin ke sini, saya sadar pertanyaan "kapan"-yang bagi sebagian orang hanya bercana- ternyata bisa membawa beban bagi si penerima pertanyaan.
"halah, gitu aja kok dipikir" ucap yang lainnya
Bukan berkaitan dengan kapan menikah, tapi juga kapan-kapan yang lain: kapan lulus kuliah, kapan kerja, kapan nikah, kapan punya anak, kapan nambah momongan.
Ya, siapa sih yang nggak ingin menikah, semua orang pasti ingin menikah dan mengakhiri masa lajangnya. Hidup saling membersamai berbagi suka duka dengan orang yang disayang. Saling mendukung mimpi satu sama lain. Bahkan sebelum usia duapuluh lima saya pun pernah menyiapkan banyak rencana dengan mas mantan. Ya, tapi takdir berkata lain. Hubungan kita berakhir begitu saja.
Saya bukan orang yang dengan mudahnya jatuh cinta, membuka diri dan ramah terhadap lelaki. Lebih seringnya memasang tameng terhadap orang baru karena merasa tidak nyaman. Pernah dikecewakan seseorang juga bukanlah alasannya. Tapi ya karena saya susah nyaman dengan orang baru. Apakah semua Leo seperti itu, jatuh cinta dengan satu orang sampai bucin sedang yang lain dicuekin? Hahha
Saya merasa Egois. Pengalaman yang dulu saya lebih sering menjalin hubungan dengan orang yang sudah lama/ pernah kukenal. Seperti mas mantan berzodiak Virgo yang saya kenal bertahun lalu, sempat putus komunikasi sampai akhirnya menjalin hubungan yang lumayan lama. Eh, apa kabar mas? masih jadi bang toyib ya?
Saya merasa Egois. Pengalaman yang dulu saya lebih sering menjalin hubungan dengan orang yang sudah lama/ pernah kukenal. Seperti mas mantan berzodiak Virgo yang saya kenal bertahun lalu, sempat putus komunikasi sampai akhirnya menjalin hubungan yang lumayan lama. Eh, apa kabar mas? masih jadi bang toyib ya?
Ngomongin patah hati, yang paling saya ingat bukan patah hati dengan mas itu, tetapi patah hati beberapa tahun lalu dengan seseorang. Yang bahkan patah sebelum sempat menyatakan. Yang dulu saya dan dia sering banget bersama, kemana-mana sering bareng, tapi akhirnya dia nikah dengan orang lain tanpa sempat aku menyatakan perasaan. Kalau ingat ini… LOL aku jadi ketawa juga. Beberapa teman dekat pasti tau deh siapa orangnya. Yasudah, moga kamu bahagia dengan anak dan istrimu ya, mas.
kembali ke rentetan pertanyaan akhir-akhir ini.
“masa ndak ada yang kamu taksir, sih, ” salah satu orang terdekat bertanya demikian
“Ada… ada banget malah. Tapi mungkin tuhan punya rencana lain,” pikirku.
Salahkah jika saya menginginkan seseorang ? yang bisa membuatku nyaman dan bisa membuatku belajar banyak hal. Menjadikan aku lebih mengembangkan potensi diri.
“jangan pilih-pilih. Nanti nggak ada yang mau”
"ndang nikah, nunggu apa sih?" ya nunggu jodohnya lah, batinku
"ndang nikah, nunggu apa sih?" ya nunggu jodohnya lah, batinku
“ndang nikah nanti keburu tua”
“masa ndak kepengen ndang nikah”
Saya menghela nafas lebih panjang mendengar rentetan kalimat semacam itu. Di mata mereka, usia seakan menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja . Di umur yang sekian sudah dianggap terlalu tua karena belum menikah oleh lingkungan sekitar. Rasanya berat.
Jujur, sampai sekarang saya masih menunggu seseorang, yang bisa dibilang mengubah hidup saya hampir dua tahun belakangan ini. Ya kalau jodoh nanti pasti bertemu kok. Tuhan pasti udah nyiapin satu buatku, tapi mungkin sekarang masih dijaga orang lain atau juga lagi sama-sama menunggu. Wkwkwk..
Saya nggak pernah bermaksud menolak orang yang ingin dekat, tapi lebih seringnya saya memang merasa tidak nyaman. akhirnya ku lebih bersikap defensif, mundur dan membentengi diri dan membangun tembok yang tinggi. Entah, insting saya selalu benar jika bertemu dengan sesuatu yang tidak. Beres.
Menemukan orang yang saya anggap nyaman itu susah. Maksudnya nyaman bukan sebagai teman saja. Kalau sekadar nyaman sebagai teman sih banyak. Wkwkwk. dan kenyamanan itu aku temukan pada dirinya entah kenapa aku merasa tenang dan merasa lebih baik dengannya. Dia yang ingin saya jadikan tempat melepas penat saat berada di titik terendah. Meski seringnya aku bersikap ceroboh kalau deket dia. Wkkwkw maap mas😅
Menemukan orang yang saya anggap nyaman itu susah. Maksudnya nyaman bukan sebagai teman saja. Kalau sekadar nyaman sebagai teman sih banyak. Wkwkwk. dan kenyamanan itu aku temukan pada dirinya entah kenapa aku merasa tenang dan merasa lebih baik dengannya. Dia yang ingin saya jadikan tempat melepas penat saat berada di titik terendah. Meski seringnya aku bersikap ceroboh kalau deket dia. Wkkwkw maap mas😅
Sampai kapan menunggu?
Entah. Yang pasti saya masih mencintainya, kini dan mungkin sampai nanti. Dan masih menunggunya melalui doa. Siapa tahu kan, meski dia berencana menikah dengan orang lain tapi Tuhan maunya dia nikah sama saya
- Sekarang yang bisa dilakukan cuma bisa belajar banyak hal. Mengenali potensi diri, melakukan banyak hal yang disuka. Perlahan menjauhi sumber-sumber suara yang bisa membuat lelah.
Sepertinya tahu yg diceritani. Mendadak kepo dan wes ngira iki curcol. Tenang omongan orang anggep angin lalu. Nikmati dulu single happynya. Nanti juga jodoh bakal dtg sendiri di waktu yg tepat dan nanti bakal nanggepi masa lalu (yg penuh entah kekecewaan atau malah guyonan) itu sesuatu yg patut disyukuri. Berhasil lewati semua dan nemu yg terbaik. Dan aku selalu mendoakanmu. Aamiin
ReplyDeleteAamiiin makasiih kakak *hug*
DeleteYes Of Course pasti tau. Sedikit banyak kan kamu saksi perjalananku Selama 13 tahun ini 🤣🤣. Wkwkkww..
Cuma lagi pengen menuangkan uneg-uneg ajaaa. Sudah terlalu penuh di kepala.
jatuh cinta dengan satu orang sampai bucin, aku juga kek gitu mbak. Bdw, emang susah buat menghindar dri omongan. Bahan omongan mereka kalau gg kita siapa lagi hoho. smngatt ya mbak 😉🤗🙏
ReplyDeleteIyaaa.. Makasih yaaa..
DeleteCuma lagi pengen mengeluarkan unek-unek
Halo, Mbak. Terima kasih telah menuliskan apa yang juga kupikirkan menjelang 25 tahun ini heuheu. Peluk jauh dari Andhira untuk Mbak Ria ❤
ReplyDeleteSama-sama. Terima kasih juga sudah berkenan membaca. Sedang ingin meluapkan unek-unek saja.
Delete*hug* ❤️