Mempunyai orangtua yang berbeda kampung halaman menjadikan
rutinitas mudik sangat menyenangkan. Sejak kecil, saya sudah terbiasa mudik ke desa
tempat bapak dan ibu dibesarkan. Dulu, sewaktu almarhumah mbah masih ada, rute
mudik didahulukan yang terjauh, yaitu ke tempat kelahiran ibu di Madiun
kemudian lebaran hari kedua atau ketiga
akan beranjak ke tempat kelahiran bapak di Kediri.
Dulu, kami mudik ke Madiun menggunakan bus, jika sudah
sampai Saradan macetnya bisa sampai berjam-jam karena jalan yang sempit
sedangkan jalan tersebut merupakan akses yang harus dilewati pemudik yang akan
ke Jogja / dari arah Jogja. Sejak mbah meninggal di tahun 2010, rute mudik jadi
berbeda.
1. Surabaya - Kediri
Malam takbiran, kami sekeluarga akan
berangkat ke Kediri terlebih dahulu. Perjalanan ke Kediri biasanya ditempuh
dalam waktu 2,5 jam. Tapi kalau musim lebaran bisa sampai 4 jam karena macet.
2. Kediri - Nganjuk – Kediri
Setelah bersalam-salaman dengan tetangga
sekitar, di hari lebaran pertama keluarga Kediri akan berangkat ke Nganjuk,
rumah Kakak tertua bapak. Perjalanan ditempuh satu jam dari Kediri. Biasanya sore
hari sudah kembali ke Kediri lagi.
3. Kediri - Madiun – Kediri
Hari kedua, kami akan berangkat ke Madiun
untuk mengunjungi kakaknya ibu, sekaligus berziarah ke makam mbah. Perjalanan dari
Kediri ke Madiun bisa ditempuh 3,5 jam.
4. Kediri – Surabaya
Perjalan terakhir adalah perjalanan kembali
ke Surabaya. Biasanya hari ke empat sudah berada di Surabaya lagi.
Rute
tersebut kini menjadi rute tetap, di Kediri masih ada mbah (ibu dari bapak),
kemudian beranjak ke Nganjuk ada pakpuh (kakak tertua dari bapak), lalu
beranjak ke Madiun ada Pakpuh (kakak dari ibu) dan saudara-saudara lainnya. Meski
capek, tapi rasa lelah tersebut terbayar saat berkumpul dengan saudara. Saling bertukar
kabar setelah tidak bertemu selama satu tahun.
Post a Comment
Post a Comment