4 tahun setelah kelulusan...
Apa kabar ijazah sarjana?
Dari awal sejak kelulusan Oktober 4 tahun lalu, aku belum sekalipun mempergunakan ijazah itu.
Dan kini hanya bertengger manis dalam map di atas lemari.
Sejak kuliah 2012 aku memang punya usaha sampingan berawal dari iseng,membuat aksesoris, Sampai tahun 2014 mulai banyak pesanan dan semua kukerjakan sendiri.
Waktu itu aku bahkan tak membayangkan bisa lulus tepat waktu. Di saat teman-temanku sibuk nggarap skripsi, pusing cari literatur sana sini, aku malah masih sempet main ke Bandung buat liburan dan mengerjakan orderan. Barulah sekitar Mei 2014 dosen pembimbing mengirim pesan singkat di Watsapp, karena gak pernah setor muka sama sekali. Untung waktu itu dapet dosen pembimbing yang mau nyari anak bimbingannya duluan. Wkwkwk
Setelah kebut 3 Bulan Akhirnya bisa lulus. (inget waktu itu rasanya sakti banget, Cuma 3 bulan,, garap skripsi setebel itu, untung lulus nilainya bagus juga)
Setelah wisuda?
Setelah wisuda aku masih berkutat dengan usaha yang aku geluti. Sampai sekarang. Yang lain pada sibuk pontang panting masukin lamaran kesana kemari, aku sudah memiliki penghasilan.
Apa kata orang?
Jelas banyak yang mencemooh, jelas banyak yang nyiyir.
"Mbak, gak niat golek kerjo?" *mbak, nggak ada niat cari kerja?*
"Mbak, lak Eman ijazah sarjana.e" *mbak, kan sayang dengan ijazah sarjananya*
"Mbak, sekolah duwur-duwur kok mung dodolan" *mbak, sekolah tinggi-tinggi kok cuma jualan?*
1-2 tahun di awal kelulusan kalimat-kalimat tersebut selalu membayangi tiap ketemu orang-orang, baik itu saudara atau ibu-ibu di sekitar tempat tinggal. Tapi kalau dipikir-pikir, kerja ikut orang lain dengan gaji yang belum tentu UMR di Surabaya dibanding dengan pengeluaran dan biaya hidup jelas tak sebanding.
Tapi bukan cuma alasan materi sih kenapa aku nggak cari kerja,, dengan aku kerja di rumah, aku bisa melakukan apa aja tanpa ada beban. Misal kerja, ketika capek bisa langsung istirahat sebentar gegoleran di kasur, atau pengen jalan-jalan tinggal pergi kapan aja, tentunya setelah kerjaan beres. istilahnya, aku udah terjebak sama zona nyaman dan enggan untuk melangkah ke yang lain. entah sampai kapan, akan kunikmati saja untuk saat ini.
Tapi selalu dibalik kerja keras pasti nggak lepas dari lambe-lambe usil,
Lebih banyak diam menjawab pertanyaan seperti itu, dijawab pun percuma. Dijawab secara positif pun bisa jadi gosip seantero kampung.
Soal ilmu, insyaAllah masih bisa bermanfaat di tempat lain. Nggak musti harus sebagai sumber penghasilan kan?
Setelah 4 tahun berlalu, pertanyaan-pertanyaan tentang pekerjaan mulai surut, berganti pertanyaan sakral yang selalu bingung untuk kujawab "kapan nikah".
Kita hidup nggak lepas dari nyiyiran orang, nggak perlu ditanggepin serius cukup dijadikan acuan aja untuk kita bisa lebih sukses dari mereka yang selalu ngeremehin.
Post a Comment
Post a Comment