Usai
perbincangan tentang bakau pada senja hingga larut itu, aku menemukanmu dalam
kaca yang berbeda. Menemukan Tuhan dalam pukau kalimatmu. Menemukan langit biru
dalam nyanyi merdumu. Menemukan damai di manik netramu.
Setelah
kantuk menyudahi lingkup mesra malam itu, kita lelap dalam mimpi tiap-tiap.
Sedang jemari masih saling bertaut. Merajut harap yang entah dijelaskan.
Tak.tik.tak.tik.tak.
detak kala Tuhan terabaikan, terkalahkan oleh detak dalam dada kian memacu.
Langkahmu beranjak pulang lalu ingatan pun memudar. Sepi menyanyi sendiri,
rayakan keberhasilannya pisahkan cinta.
Kembalilah…
kembalikan kenangan agar rinduku tersampaikan. Karena rinduku padamu
mengatupkan sepi. Sepi yang memaksa mencipta sajak. Tak tahu bagaimana sajakku
tersemat. Sedang kumasih dalam gelisah.
Katakan apa lagi yang harus kutulis untuk
sajakku, setelah sepi merebutmu dan meninggalkan rindu?
Post a Comment
Post a Comment